Mengikuti ajang sekelas Olimpiade, jelas menyajikan atmosfer persaingan tersendiri.
Gregoria seakan minder dengan calon rival-rivalnya yang lebih senior dan sudah punya nama serta prestasi mentereng.
Apalagi, Gregoria sangat sadar diri, bahwa masalah mindset yang ia miliki masih terus menjadi kelemahan utamanya.
Secara permainan Gregoria sebenarnya tidak kalah dengan tunggal putri top dunia. Namun ketika di lapangan, ia bisa terserang penyakit kronis 'hilang fokus' saat unggul jauh.
Demi debutnya di Olimpiade Tokyo 2020, juara dunia junior 2017 itu pun rela berkonsultasi ke psikolog untuk mengatasi masalahnya tersebut.
"Di sisi nonteknis, mulai tahun ini saya mencoba untuk konsultasi ke psikolog. Karena masalahnya kan mindset, kalau bisa dbilang saya sudah lumayan lama seperti ini," aku Gregoria.
Baca Juga: BWF Gelar 3 Turnamen Asian Leg 2021 di Bali! Indonesia Masters Naik Kasta
"Dari tahun 2019 masih begitu-begitu saja masalahnya. Unggul jauh, terkejar lalu kalah."
"Jadi saya merasa perlu ada orang yang bisa pelan-pelan mengubah mindset itu dan membuat saya kembali percaya diri," kata Gregoria lagi.
Sambil berkonsultasi ke psikolog, Gregoria juga belajar untuk bangkit dan memaksa diri sendiri agar bisa melepas semua beban pikiran yang kerap mengganggunya di lapangan.
Source | : | Badminton Indonesia |
Penulis | : | Nestri Yuniardi |
Editor | : | Nestri Yuniardi |