SportFEAT.COM - Direktur Strategi dan Pengembangan AC Milan, Paolo Maldini, menceritakan pengalaman paling membuatnya terpukul bersama I Rossoneri.
Paolo Maldini masuk ke jajaran manajemen AC Milan setelah ditunjuk sebagai direktur strategi dan pengembangan klub pada Agustus 2018.
Elliot Management, selaku pemilik AC Milan, kemudian menggeser posisi Paolo Maldini menjadi direktur teknik per Juni 2019.
Baca Juga: Sikap Mulia Teman McGregor yang Dulu Bikin Khabib Nurmagomedov Berang
Ternyata, pengalaman di balik layar Paolo Maldini yang baru setahun tidak semanis saat ia bermain untuk AC Milan.
"Saya harus membayar mahal setelah 9 tahun rehat secara total (dari dunia sepak bola)," kata Maldini pada Mei 2019, seperti dikutip SportFEAT.com dari laman Football Italia.
"Mungkin, cuma dari dunia inilah saya bisa mendapatkan pekerjaan. Sepanjang hidup, saya cuma pernah menjadi seorang pesepak bola dan direktur."
"Namun, saya menemui pengalaman yang sangat melelahkan dalam pekerjaan ini," tutur Maldini menerangkan.
Pria berumur 50 tahun itu juga mengakui bahwa pekerjaan sebagai direktur klub menyita waktunya untuk selalu memikirkan pekerjaan.
"Bagi mereka yang meniti karier sebagai seorang pesepak bola seperti saya, menjadi direktur jauh lebih memusingkan," katanya Maldini.
Meski menjadi direktur klub memusingkan, Maldini menyatakan punya pengalaman lain yang jauh buruk bareng klub beralias I Rossoneri itu.
Pengalaman tersebut adalah saat AC Milan gagal menjuarai Liga Champions 2005 karena ditaklukkan Liverpool di Istanbul, Turki.
After Kaka's retirement, every member of AC Milan's incredible 2005 squad that lost to Liverpool in the Champions League final after being 3-0 up has now retired. pic.twitter.com/F9PAF9yaXu
— Mootaz Chehade (@MHChehade) December 19, 2017
Baca Juga: Spanyol dan 5 Tim yang Sudah Lolos ke Putaran Final Euro 2020
"Saya bermain dalam dalam final kejuaran Eropa, tetapi laga di Istanbul adalah yang diingat setiap orang," kata Maldini, dikutip SportFEAT.com dari laman resmi UEFA.
"Kami difavoritkan dan mampu bermain dengan baik," kata mantan bek tengah timnas Italia itu menjelaskan.
Sebagai pengingat, AC Milan kala itu mampu unggul 3-0 atas Liverpool pada babak pertama berkat gol dari Maldini dan brace Hernan Crespo (39', 44').
Hanya, dalam kurun waktu enam menit antara menit ke-54 sampai 60', gawang I Rossoneri yang kala itu dijaga Nelson Dida jebol tiga kali.
Steven Gerrad (54'), Vladimir Smicer (56'), dan Xabi Alonso memimpin kebangkitan The Reds asuhan Rafael Benitez.
ON THIS DAY: @LFC produced a remarkable comeback to beat AC Milan and win the 2005 #UCLfinal. pic.twitter.com/C9EuEJLwfq
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 25, 2017
Baca Juga: 5 Fakta Kelolosan Timnas Spanyol ke Euro 2020 - Starter Paling Hijau
Skor seri 3-3 pun membawa kedua tim ke adu tendangan penalti. Nahas buat Milan, mereka takluk 2-3.
Sepakan Serginho, Andrea Pirlo, dan Andriy Shevhenko gagal menjebol gawang Jerzy Dudek.
Sedangkan di kubu Liverpool hanya John Arne Riise yang tak mampu menunaikan tugasnya.
Thank you Kaká for a wonderful career!
Forever a #UCL winner with AC Milan in 2007 pic.twitter.com/UraJ5GVHzv
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) December 17, 2017
Baca Juga: 5 Fakta Apik Liechtenstein Vs Italia - Gol Bernardeschi Pecahkan Rekor
"Liverpool memiliki momentum 6 menit kebangkitan. Namun, bagaimanapun, kami mesti menerima kekalahan itu meski rasa sakitnya tiada tara," kata Maldini.
Kekalahan itu masih terngiang di benak Maldini. Bahkan, meski AC Milan dapat membalas dendam dengan mengalahkan Liverpool 2-1 pada final 2007.
"Saya tidak begitu mengingat laga itu (final 2007) sebab saya bermain dengan obat penghilang rasa sakit yang berat," tutur Maldini.
"Kaki saya dioperasi beberapa hari setelah partai final. saya pun bertanya kepada orang-orang apakah kami memang telah memenangi laga untuk memastikan hal itu benar terjadi," ucapnya.
Source | : | Uefa.com,football-italia |
Penulis | : | Ahmad Tsalis |
Editor | : | Ahmad Tsalis |