Prestasi di dunia tepok bulu ia torehkan saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
Bahkan Satria Tama sempat beberapa kali menjuarai turnamen bulu tangkis di usianya yang masih belia saat itu.
Satria pun mengakui sempat mengikuti audisi bulu tangkis yang diselenggarakan oleh PB Djarum.
Namun pada akhirnya, Satria harus mengubur impiannya bergabung dengan salah satu akademi bulu tangkis terbaik di Tanah Air.
“Saya awalnya bukan pemain sepak bola, tetapi bulu tangkis. Dulu saya sangat suka main bulu tangkis," ujar Satria, dikutip SportFEAT.com dari Madura United.
"Saya juga sekolah bulu tangkis dan ikut-ikut seleksi PB Djarum. Kalau prestasi hanya juara tingkat SD saja."
Baca Juga: Liga 1 2019 - Strategi Tambal Sumbal ala Madura United dalam Lawatan ke Markas Arema FC
Meski sempat bergabung dengan sekolah bulu tangkis, Satria Tama mengaku selalu menyempatkan waktu bermain sepak bola sepulang latihan.
Dari sinilah bakat Satria Tama sebagai penjaga gawang mulai terasah saat bermain sepak bola bersama rekan-rekannya.
Hal tersebut membuat Satria dan ayahnya, Bambang Hariyanto (Alm), berunding untuk memutuskan berkarier di bulu tangkis atau sepak bola.
Kondisi tersebut sempat membuat kiper bernomor punggung 88 ini bingung untuk memilih di antara keduanya.
Sejatinya, Satria juga tertarik dengan sepak bola apalagi almarhum ayahnya juga sudah lebih dulu menggeluti olahraga tersebut sebagai kiper.
Sebab itu, dia pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan bulu tangkis yang sempat jadi impiannya.
“Saya sempat galau saat almarhum ayah saya bertanya, bulu tangkis atau sepakbola. Soalnya di sisi lain saya juga suka sepak bola dan ayah saya kiper," ujar Satria
"Jadi saya putuskan sepakbola dan meninggalkan sekolah bulu tangkis itu."
Mulai dari situ, Satria terus berlatih bersama ayahnya untuk mengejar ketertinggalan terhadap teman-temannya yang terlebih dahulu menekuni sepak bola.
“Sejak SMP kelas satu saya mulai fokus sepak bola dan belajar dengan almarhum ayah saya,” ujar Satria memungkasi.
Source | : | maduraunitedfc.com |
Penulis | : | Nuranda Indrajaya |
Editor | : | Doddy Wiratama |